Monday, 28 April 2014

Sejarah Distro di Indonesia

Anda mungkin mengenal istilah untuk Distribution Store atau Distribution Outlet. Ya, biasanya anak-anak muda menyebutnya sebagai DISTRO. Yaitu jenis toko di Indonesia yang menjual pakaian dan aksesoris yang dititipkan oleh pembuat pakaian, atau diproduksi sendiri. DISTRO umumnya merupakan industri kecil dan menengah (IKM) dengan merk independent yang dikembangkan oleh kalangan anak-anak muda. Baik, Kali ini saya akan mencoba sedikit membahas mengenai sejarah distro tetapi hanya sejarah distro di Indonesia.

Sejarah Distro di Indonesia

DISTRO mulai dikenal sejak pertengahan ‘90-an di Kota Bandung. Awalnya, DISTRO hanyalah toko kecil yang menjual barang-barang yang tidak ditemui di kebanyakan toko, shooping mall, dan factory outlet. Berbekal modal seadanya, ditambah dengan hubungan pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan memasarkan produk sendiri, maka kemudian muncul komunitas-komunitas yang menjadi pelanggan tetap.

Perkembangan ini dimulai di sebuah studio musik, Reverse di daerah Sukasenang sekitar tahun ‘94. Semula Richard (mantan drummer Pas Band), Helvi, dan Didit kemudian dikenal dengan Dxxxt (3 orang pendiri pertama dari Reverse), hanya memasarkan produk-produk spesifik yang terutama diminati oleh komunitas penggemar musik rock dan skateboard. Reverse kemudian mulai menjual CD, kaset, poster, artwork, asesoris, kaos (T-shirt), termasuk barang- barang impor maupun barang buatan lokal lainnya.




Sejarah dan Perkembangan Distro di Indonesia

Dari yang semula hanya didatangi oleh penggemar musik rock dan komunitas skateboard, Reverse mulai didatangi oleh beberapa kelompok yang berasal dari komunitas yang lain. Dari yang meminati musik pop, metal, punk, hardcore, sampai pada kelompok skater, BMX, surf dan lain sebagainya. Saat krisis ekonomi terjadi pada tahun 1998, bisnis yang dijalani Reverse, mengalami masa sulit sampai akhirnya tutup. Mereka tak mampu lagi membeli barang- barang dari luar negeri kerena nilai dolar terhadap rupiah melambung tinggi dan tak terjangkau. Namun kondisi sulit ini justru melahirkan fase baru dalam perkembangan industri clothing Bandung.

Kurangnya modal untuk membeli barang-barang dari luar, membuat daya kreatifitas kedua pemuda ini diasah. Ketika itu mereka berpikir, untuk dapat menghasilkan kaos sesuai dengan keinginan mereka. Transformasi Reverse sebagai clothing company, dimotori oleh Dxxxt pada bulan Februari 2004. Reverse kemudian menjelma menjadi label yang memfokuskan dirinya pada fashion untuk pria. Urban Culture yang menjadi keseharian tim kreatifnya, menjadi inspirasi dalam desain produk-produk Reverse. Helvi vetaran Reverse, kemudian membangun clothing label bernama Airplane yang memulai usahanya pada tahun 1997.

Sementara kegemaran skateboard, bmx dan surfing yang ditekuni Dandhy dan teman-temannya, justru memotivasi mereka untuk membuat produk-produk yang mendukung hobi yang mereka cintai. Bukan hal yang mudah untuk menemukan fashion penunjang kegiatan surfing di Bandung pada saat itu. Maka tahun 1996, dari rumah di dago 347 Bandung, mereka mulai memproduksi barang-barang yang menunjang hobi mereka untuk digunakan sendiri. Ternyata apa yang mereka pakai, menarik perhatian teman-teman mereka.



EIGER

LOGO EIGER Sejarah Eiger PT Eigerindo Multi Produk Industri atau yang dikenal sebagai Eiger merupakan perusahaan manufaktur dan retai...